Sabtu, 17 April 2021

Kaisar Hirohito dan Perubahan Besar Jepang - Riki Ardoni

Kaisar Hirohito : Berapa Jumlah Guru Yang Tersisa

Kita adalah seorang pelajar. Seseorang yang berhenti belajar adalah orang lanjut usia, meskipun umurnya masih remaja. Seseorang yang tidak pernah berhenti belajar akan selamanya menjadi pemuda. Ya, tugas utama kita adalah terus belajar. Namun, terkadang belajar merupakan hal yang sangat membosankan. Jangan biarkan hal ini terus-terusan merugikanmu. Kamu perlu belajar keras agar lebih berprestasi. Pastinya, kita ingin bisa meraih apa yang kita cita-citakan. Salah satu cara terbaik untuk menggapai cita-cita yaitu belajar dengan rajin. mari kita simak kisah inspiratif kali ini sebagai bacaan ringan akhir pekan.

Kaisar Hirohito lahir di Tokyo, Jepang, pada 29 April 1901. Sejak kecil ia memperoleh sebagian besar pendidikannya dari tokoh-tokoh militer Jepang yang sangat terkenal pada masanya

Pada 1921, Hirohito mengunjungi benua Eropa, dan tercatat sebagai pangeran Jepang pertama yang meninggalkan tanah airnya, Setelah kembali dari Eropa, Hirohito harus menggantikan tugas-tugas ayahnya, yang ketika itu tengah menderita sakit. Mahkota kekisaran Jepang, takhta Showa (berarti perdamaian yang cerah), diwarisi Hirohito pada 25 Desember 1926.
 
Pada masa pertama pemerintahannya, kurang lebih selama 19 tahun, Hirohito tidak terlalu aktif mengambil bagian dalam dunia perpolitikan Jepang. Ia lebih banyak membiarkan pihak-pihak militer Jepang mendominasi pemerintahan. Hasilnya, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang menjadi lebih ekspansionistik. 
 
Beberapa kebijakan itu akhirnya menghasilkan perang dengan China tahun 1937-1945, dan aliansi militer dengan kekuatan Poros Roma-Berlin-Tokyo tahun 1945. Aliansi itulah yang membawa Jepang ikut serta dalam Perang Dunia II. Selain itu Jepang juga terlibat pada serangkaian peperangan di wilayahnya.

Usai dibom, Jepang terpaksa menyerah kepada sekutu, dan setelah itu Kaisar Hirohito mengumpulkan semua jendral yg masih hidup dan menanyakan kepada mereka “Berapa jumlah guru yang tersisa?“. Para jendral pun bingung mendengar pertanyaan Kaisar Hirohito dan menegaskan kepada Kaisar bahwa mereka masih bisa menyelamatkan dan melindungi Kaisar walau tanpa guru. Namun, Kaisar Hirohito kembali berkata, “Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang. Tapi kita tidak tahu bagaimana mencetak bom yang sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak bisa belajar bagaimana kita akan mengejar mereka? Maka kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kerajaan ini, karena sekarang kepada mereka kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan.”

Betapa bernilainya seorang guru di mata Kaisar saat itu sama seperti betapa bernilainya guru saat ini. Jepang menjadi negara maju seperti saat ini tak lepas dari pengaruh dan campur tangan guru. Sungguh, pendidikan sangat penting bagi kemajuan sebuah peradaban.

kita dapat mengambil inspirasi, bahwa harus kerja keras, terus belajar dari kegagalan, tingkatkan kemampuan dan keilmuan kita serta kapasitas secara terus menerus untuk merebut kemenangan hari esok!

“Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan itu Anda dapat mengubah dunia. Pendidikan bukanlah proses mengisi wadah yang kosong. Pendidikan adalah proses menyalakan api pikiran.”

Kutipan kata di atas mengibaratkan bahwa pendidikan sangat penting bahkan bisa mengendalikan dunia. Dengan pendidikan yang tinggi kita bisa menjadi orang hebat. Saat kita menjadi orang hebat, kita bisa menjadi orang yang berpengaruh terhadap dunia sebab ilmu yang kita miliki. 

PEMENANG tidak akan menyerah, akan tetapi yang menyerah tidak akan MENANG.

"Soal kalah menang jangan anda bilang sekarang, kita berjuang dulu!" - Najwa Shihab -

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayat Jurnal Penyesuaian, Neraca Saldo dan Kertas Kerja - Riki Ardoni

A yat Jurnal Penyesuaian ( Adjusting Journal Entry ) atau ‘AJP’ adalah proses pencatatan perubahan saldo ak...