Senin, 10 Mei 2021

PPH 21 Atas KARYAWAN TIDAK TETAP

Pegawai Tidak Tetap
PPH 21 Atas KARYAWAN TIDAK TETAP 

Pajak Penghasilan 21 (PPh 21) memiliki perhitungan yang berbeda-beda untuk setiap jenis karyawan. Bagi karyawan tetap dengan penghasilan Rp 4.500.000 atau lebih besar dari Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP 2016) yang berlaku, maka setiap tahunnya akan dikenakan PPh 21. Bagaimana dengan karyawan tidak tetap dan karyawan lepas harian atau borongan?

Dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-16/PJ/2016, karyawan tidak tetap atau karyawan lepas adalah karyawan yang hanya menerima penghasilan apabila karyawan tersebut bekerja, dengan besar penghasilan dihitung berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit pekerjaan yang dihasilkan, dan penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.

 

JENIS PENDAPATAN YANG BIASA DIPEROLEH OLEH KARYAWAN TIDAK TETAP

Ada beberapa jenis pendapatan yang biasanya didapatkan oleh mereka yang masuk ke dalam kategori karyawan tidak tetap, diantaranya:

  • Pendapatan harian: didapat saat karyawan melakukan pekerjaan harian saja
  • Pendapatan mingguan: didapat saat karyawan melakukan pekerjaan dan mendapat gaji mingguan
  • Pendapatan satuan: didapat saat karyawan menghasilkan satu 1 unit pekerjaan.
  • Pendapatan borongan: didapat saat karyawan telah menyelesaikan pekerjaan tertentu secara keseluruhan.

 

CARA MENGHITUNG PPH 21 UNTUK KARYAWAN TIDAK TETAP

1. Menentukan jumlah upah harian atau rata-rata upah yang diterima dalam sehari

  • Untuk upah mingguan, dibagi dengan jumlah hari bekerja dalam seminggu
  • Untuk upah satuan, dikalikan jumlah rata-rata satuan yang dihasilkan dalam sehari
  • Untuk upah borongan, dibagi dengan jumlah hari dalam menyelesaikan perkerjaan borongan

2. Tidak ada PPh 21 yang dipotong, jika:

Upah harian atau rata-rata upah harian kurang dari Rp 450.000 dan jumlah kumulatif dalam satu bulan belum melebihi Rp 4.500.000.

3. PPh 21 harus dipotong sebesar upah harian atau rata-rata upah harian dikurangi Rp 450.000, lalu dikalikan 5%, jika:

Upah harian atau rata-rata upah harian sudah lebih dari Rp.450.000 tetapi jumlah kumulatif dalam satu bulan kalender belum melebihi Rp 4.500.000.

4. PPh 21 harus dipotong sebesar upah harian atau rata-rata upah dikurangi PTKP sehari  lalu dikalikan 5%, jika:

Jumlah kumulatif dalam satu bulan kalender sudah lebih dari Rp.4.500.000, tetapi kurang dari Rp.10.200.000.

5. Berlaku Tarif pada Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 17 ayat (1) huruf (a), jika:

Jumlah kumulatif dalam satu bulan kalender sudah lebih dari Rp 10.200.000.

 

TARIF PPh 21 PEGAWAI TIDAK TETAP

Jumlah Penghasilan Harian

Penghasilan Kumulatif Sebulan

Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

< Rp 450.000

< Rp 4.500.000

Tidak Dipotong PPh 21

> Rp 450.000

< Rp 4.500.000

5% x (Upah – Rp 450.000)

< Rp 450.000

> Rp 4.500.000

5% x (Upah – PTKP/360)

> Rp 450.000

> Rp 4.500.000

5% x (Upah – PTKP/360)

< Rp 450.000

> Rp 10.200.000

Tarif pada UU PPh Pasal 17 ayat (1) huruf (a) atau 5%.

> Rp 450.000

> Rp 10.200.000

Tarif pada UU PPh Pasal 17 ayat (1) huruf (a) atau 5%.

 

CONTOH KASUS UPAH HARIAN

1. Bu Dian merupakan karyawan tidak tetap dari perusahaan X. Ia akan bekerja di perusahaan tersebut selama 15 hari saja, sementara upah yang akan didapatkan adalah 175 ribu per hari. Bagaimana cara menghitung pajaknya?

Perhitungan:

  1. Upah Bu Dian: 175 ribu per hari
  2. Batas upah harian tanpa potongan per hari (lihat pada tabel): 450 ribu per hari
  3. Penghasilan kena pajak per hari: 0

Bisa disimpulkan bahwa Bu Dian tidak akan dikenakan PPH 21 karyawan tidak tetap karena batas upah harian tanpa potongan per harinya tidak memenuhi angka yang ditentukan

2. Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan Januari 2016 bekerja sebagai buruh harian PT Cita Indonesia. Ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp 450.000. Berapa PPh 21 yang dikenakan?

Jawab:

Upah Sehari                                                =Rp 450.000
Batas upah harian yg tidak dikenakan pajak   =(Rp 450.000)

Penghasilan Kena Pajak Sehari                      = 0

Hari ke-10:
Karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi Rp 4.500.000, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong.

Hari ke-11:
Karena jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp 4.500.000, maka perhitungan PPh 21 Nurcahyo adalah:

Upah s/d hari ke-11: 11 x Rp 450.000             = Rp 4.950.000
PTKP sebenarnya: 11 x (Rp 54.000.000 / 360) = (Rp 1.650.000)

PKP s/d hari ke-11                                         = Rp 3.300.000

PPh 21 terutang: 5% x RP 3.300.000 = Rp 165.000
PPh 21 yang dipotong s/d hari ke-10: (0)

PPh 21 yang dipotong hari ke-11 = Rp 165.000

Sehingga pada hari ke-11, Nurcahyo menerima upah bersih sebesar:

Rp 450.000 – Rp 165.000 = Rp 285.000

Hari ke-12:
Jika Nurcahyo bekerja sampai hari ke-12, maka perhitungan PPh 21 nya adalah:

Upah sehari                                         =  Rp 450.000
PTKP sebenarnya: Rp 54.000.000 / 360 = (Rp 150.000)
PKP                                                     =  Rp 300.000

PPh 21 terutang: 5% x Rp 300.000        = Rp 15.000

Sehingga pada hari ke-12, Nurcahyo menerima upah bersih sebesar:

Rp 450.000 – Rp 15.000 = Rp 435.000

 

3.  Nanang Hermawan (belum menikah) pada bulan Maret 2016 bekerja pada perusahaan PT Tani Jaya, menerima upah sebesar Rp 650.000 per hari. Berapa PPh 21 nya?

Jawab:

Upah sehari > Rp 450.000: Rp 650.000 – Rp 450.000 = Rp 200.000
PPh 21 harian: 5% x Rp 200.000 = Rp 10.000

Pada hari ke-7, Nanang telah menerima penghasilan sebesar Rp 4.550.000 sehingga sudah lebih dari Rp 4.500.000, maka PPh 21 pada bulan Maret:

Upah s/d hari ke 7: 7 x Rp 650.000 = Rp 4.550.000
PTKP sebenernya: 7 x (Rp 54.000.000 / 360) = (Rp 1.050.000)

PKP  = Rp 3.500.000

PPh 21 terutang: 5% x Rp 3.500.000 = Rp 175.000
PPh 21 yang dipotong s/d hari ke 6: 6 x Rp 10.000 = (Rp 60.000)

PPh 21 yang dipotong hari ke-7: Rp 115.000

Sehingga pada hari ke 7, Nanang menerima upah bersih sebesar:

Rp 650.000 – Rp 115.000 = Rp 535.000

Maka jumlah PPh 21 per hari Nanang Hermawan yang dipotong sejak hari ke-8 dan seterusnya adalah sebesar:

Upah sehari: Rp 650.000
PTKP sebenarnya: Rp 54.000.000 / 360 = (Rp 150.000)
PKP = Rp 500.000 

PPh 21 terutang: 5% x Rp 500.000 = Rp 25.000

 

   4. Andry bekerja sebagai pegawai tetap dan mendapatkan gaji harian sebesar Rp 500.000. Andry berstatus menikah dan memiliki tiga orang anak. Perusahaan tempatnya bekerja mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (premi sebesar 1%) dan Jaminan Kematian (premi sebesar 0,3%). Perusahaannya juga membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 3,7%; Andry pun membayar iuran pensiun sebesar Rp 25.000 dan Jaminan Hari Tua sebesar 2% dari gaji. Besarnya PPh 21 harian yang terutang sebesar Rp 2.476. Maka dari itu, PPh 21 dihitung dengan cara di bawah ini.

Jawab

 

Penghasilan Sebulan  (26 x Rp 500.000)

=

 Rp        13.000.000

 

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja

=

 Rp              130.000

 

Premi Jaminan Kematian

=

 Rp                39.000

a

Penghasilan Bruto

=

 Rp        13.169.000

 

 

 

 

 

Pengurang

 

 

 

Biaya Jabatan (5% x Rp13.169.000 )

=

 Rp              500.000

 

luran Pensiun

=

 Rp                25.000

 

luran Jaminan Hari Tua

=

 Rp              260.000

b

Total Pengurang

=

 Rp             785.000

 

 

 

 

c

Penghasilan Neto Sebulan (a-b)

 =

 Rp        12.384.000

 

 

 

 

d

Penghasilan Neto Setahun (12 x c)

=

 Rp      148.608.000

 

 

 

 

 

PTKP Setahun (K/3)

 

 

 

WP pribadi

=

 Rp        54.000.000

 

Tambahan karena menikah

,=

 Rp           4.500.000

 

Tambahan tiga orang tanggungan

=

 Rp        13.500.000

e

PTKP Setahun

=

 Rp        72.000.000

 

 

 

 

f

Penghasilan Kena Pajak

=

 Rp        76.608.000

 

 

 

 

 

PPh 21 Terutang Setahun

 

 

 

5% x Rp 50.000.000

=

 Rp           2.500.000

 

15% x Rp 26.608.000

=

 Rp           3.991.200

g

PPh 21 Setahun

=

 Rp          6.491.200

h

PPh 21 Sebulan (g : 12)

=

 Rp             540.933

 

CONTOH KASUS UPAH MINGGUAN

1. Marini adalah seorang pegawai tidak tetap yang bekerja sebagai pembuat guci keramik. Upah yang dibayar dihitung dari jumlah guci keramik yang diselesaikan. Jumlah bayarannya sebesar Rp 100.000 per guci keramik dan dibayarkan tiap minggu. 

Dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja) dihasilkan 30 guci keramik dengan upah sebesar Rp 3.000.000. Berapa PPh 21 upah satuan Marini yang diterima mingguan?

a)  Upah sehari berjumlah Rp 500.000 (Rp 3.000.000 : 6 hari). Sesuai ketentuan, jumlah upah sebesar Rp 500.000 lebih besar ketimbang ambang batas maksimal Rp 450.000 yang tidak dipotong pajak.

b) Kelebihan kena pajak adalah Rp 500.000 – Rp 450.000 = Rp 50.000

c)  Upah seminggu yang terutang pajak adalah Rp 50.000 x 6 = Rp 300.000

d) PPh 21 yang dipotong mingguan adalah 5% x Rp 300.000 = Rp 15.000.   

2. Rama, sudah menikah dan memiliki seorang anak, menerima gaji mingguan sebesar Rp 1.750.000. Perusahaan tempatnya bekerja mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, dengan premi Jaminan Kecelakaan Kerja (sebesar 1%) dan Jaminan Kematian (sebesar 0,3%) dibayarkan oleh pemberi kerja. Selain itu, perusahaan juga membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 3,7% dari gaji. Rama sendiri membayar iuran pensiun Rp. 20.000, dan Jaminan Hari Tua sebesar 2% dari gaji. Berapa besar PPh 21 dalam minggu kedua?

Penghasilan Sebulan (4 x Rp1.750.000)     =  Rp 7.000.000           
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja               = Rp 70.000   
Premi Jaminan Kematian                          = Rp 21.000   
Penghasilan Bruto                                 = Rp 7.091.000

Pengurangan:
1. Biaya Jabatan (5% x Rp7.091.000)  = Rp 354.550       
2. luran Pensiun                                 = Rp 20.000      
3. luran Jaminan Hari Tua                   = Rp 140.000
Total Pengurang                               = Rp 514.550

Penghasilan Neto Sebulan                           = Rp 6.576.450         
Penghasilan Neto Setahun (12 x Rp 6.576.450) = Rp78.917.400

PTKP Setahun (K/1)         
1. WP Sendiri                                 = Rp 54.000.000   
2. Tambahan Menikah                     = Rp 4.500.000  
3. Tambahan 1 Orang Tanggungan   = Rp 4.500.000      
PTKP Setahun                              = Rp 63.000.000

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Neto Setahun – PTKP Setahun  
                                        = Rp 78.917.400 – Rp 63.000.000       
                                        = Rp 15.917.400          
                                       

PPh 21 Terutang Seminggu                    
PPh 21 Setahun (5% x Rp 15.917.400)  = Rp 795.870      
PPh 21 Sebulan (Rp 795.870 : 12)         = Rp 66.322,5           
PPh 21 Minggu Ke-2 (Rp 66.320,5 : 4)   = Rp 16.580

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayat Jurnal Penyesuaian, Neraca Saldo dan Kertas Kerja - Riki Ardoni

A yat Jurnal Penyesuaian ( Adjusting Journal Entry ) atau ‘AJP’ adalah proses pencatatan perubahan saldo ak...