Minggu, 14 Maret 2021

Perbedaan Harga Pokok Penjualan dan Harga Jual - RIKI ARDONI

 

Perbedaan Harga Pokok Penjualan dan Harga Jual

 
Harga Pokok Penjualan dan Harga Jual familiar kita dengar. Keduanya memiliki perbedaan yang sangat jauh. Bahkan ada yang keliru, pas dengar kata harga pokok penjualan, dibayangannya Harga Jual.

 

Harga Pokok Penjualan (HPP)

Harga Pokok Penjualan

Harga Pokok Penjualan (HPP) yang merupakan terjemahan dari kata Cost of Goods Sold (COGS), mengacu pada seluruh biaya langsung yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa yang dijual. Umumnya, HPP mencakup Biaya Bahan Baku, Tenaga Kerja Langsung, dan Biaya Overhead. tetapi tidak termasuk biaya tidak langsung biaya pemasaran (seperti penjualan, iklan, riset, dan pengembangan) dan Biaya Administrasi.

Biaya overhead adalah pengeluaran tambahan yang tidak berkaitan langsung dengan proses bisnis atau produksi yang dilakukan. Misalnya, perusahaan manufaktur yang tugas utamanya adalah mengelola bahan baku hingga menjadi produk jadi siap jual, maka contoh dari biaya overhead adalah tarikan pajak, asuransi karyawan, biaya sewa tempat, gaji manager produksi, gaji panjaga pabrik, biaya perlengkapan pabrik, biaya penerangan pabrik, biaya penyusutan mesin dll.

 

Cara Menghitung HPP

Perhitungan HPP bisa sedikit berbeda sesuai dengan jenis usaha. Apakah bentuk usahanya Jasa atau Dagang atau perusahaan manufaktur.

1. HPP PERUSAHAAN DAGANG / RESELLER

Secara umum perusahaan dagang adalah perusahaan yang tidak membuat produk sendiri. Melainkan hanya menjualkan produk milik produsen kepada masyarakat atau konsumen. Jenis perusahaan ini tidak melakukan produksi dalam artian mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Perusahaan ini juga tidak melakukan perubahan sedikitpun pada produk jadi.

Pada Perusahaan Dagang, HPP muncul pada laporan laba rugi sebagai komponen utama dari biaya dan memiliki beberapa komponen berikut:     

    

HPP = Barang Tersedia untuk Dijual  – Persediaan akhir

HPP = Pembelian Bersih + Persediaan Awal – Persediaan   Akhir

 

Dimana:

Pembelian Bersih = (Pembelian + Biaya Angkut Pembelian) – (Retur Pembelian + Potongan Pembelian)

 
Persediaan awal : Persediaan barang dagangan yang ada pada awal periode atau tahun buku berjalan.

Persediaan akhir : Persediaan barang dagangan yang terdapat pada akhir periode atau tahun buku berjalan.

Pembelian bersih : Seluruh pembelian barang dagangan yang dilakukan oleh perusahaan, baik secara tunai atau kredit, ditambah dengan biaya angkut pembelian, lalu dikurangi oleh Potongan Pembelian atau Retur pembelian.

Sebelum ke contoh perhitungan, ada baik nya kita lari dikit dari tema. Kita lihat dalam Pembelian Bersih timbul istilah Potongan Pembelian. Temen- temen sudah tau belum Apa itu Potongan Pembelian? Bagi yang belum maka kita akan singgung mengenai “Potongan”.

Potongan (discount), yaitu potongan harga yang diberikan penjual kepada pembeli. Penjual akan memberikan potongan harga kepada pembeli karena beberapa alasan sebagai berikut :

  1. Membeli barang secara tunai dalam partai besar (jumlah yang banyak).
  2. Melunasi hutang sebelum jatuh tempo atau lebih cepat dari waktu yang ditentukan dalam syarat pembayaran (term of credit).

Bagi pembeli, potongan harga tersebut potongan pembelian (purchase discount), sehingga jumlah yang dikeluarkan untuk membayar harga pembelian barang menjadi berkurang. Adapun bagi penjual potongan harga tersebut disebut potongan penjualan (sales discount), sehingga jumlah uang yang diterima dari harga penjualan barang menjadi berkurang.

Jadi potongan pembelian/ potongan penjualan yaitu potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli dalam sebuah transaksi jual beli.

 

Contoh menghitung HPP Perusahaan dagang,

Diketahui:

  • Persediaan barang dagangan (awal) : Rp 10.000.000
  • Pembelian : Rp 50.000.000
  • Beban angkut pembelian : Rp 1.000.000
  • Retur pembelian : Rp 2.000.000
  • Potongan pembelian : Rp 1.500.000
  • Persediaan barang dagangan (akhir) : Rp 5.000.000

Penghitungan HPP:

Pembelian bersih = (Rp.50.000.000 + Rp.1.000.000) – (Rp.2.000.000 + Rp.1.500.000) = Rp. 47.500.000

Barang tersedia untuk dijual = Rp 10.000.000 + Rp 47.500.000 = Rp 57.500.000

Maka, Harga pokok penjualan = Rp 57.500.000 – Rp 5.000.000 = Rp 52.500.000.

 

2. HPP PERUSAHAAN MANUFAKTUR / PRODUSEN

Perusahaan manufaktur adalah sebuah badan usaha atau perusahaan yang memproduksi barang jadi dari bahan baku mentah dengan menggunakan alat, peralatan, mesin produksi, dan sebagainya dalam skala produksi yang besar. Hasil produksi dengan nilai tambah itu kemudian dijual kepada konsumen melalui jaringan distribusi dari grosir hingga ke tingkat eceran, sehingga sampai ke tangan konsumen.

Selain dari bahan mentah menjadi produk jadi, perusahaan manufaktur adalah mencakup industri yang mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi, atau barang setengah jadi menjadi barang jadi.

Bagaimana menghitung HPP jika kita seorang produsen?

Tidak berbeda antara perusahaan dagang dan manufaktur (produsen). Hanya saja ada 1 langkah yang di lewati jika kita seorang produsen yaitu proses perhitungan Harga Pokok produksi.

 

KONSEP MENGHITUNG HPP (HARGA POKOK PENJUALAN) PERUSAHAAN MANUFAKTUR

o   Biaya Bahan Baku = Saldo Awal Bahan Baku + Pembelian Bahan Baku – Saldo Akhir Bahan Baku

o  Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Produksi

o  Harga Pokok Produksi = Total Biaya Produksi + Persediaan Awal Barang Dalam Proses - Persediaan Akhir Barang Dalam Proses

o  Harga Pokok Penjualan (HPP) = Harga Pokok Produksi + Persediaan Awal Barang Jadi - Persediaan Akhir Barang Jadi

 

Balik lagi, HPP muncul pada laporan laba rugi. Jadi, jika keseluruhan dari penjualan barang lebih besar dari HPP, maka bisnis akan menghasilkan laba. Sebaliknya, jika Penjualan lebih rendah dari HPP, maka kemungkinan besar bisnis akan mengalami kerugian.

 

Harga Jual

 

Harga Jual

Sedangkan, Harga jual merupakan besaran harga yang dibebankan kepada konsumen. Besaran harga jual didapatkan dari penghitungan Biaya produksi ditambah Biaya non-produksi serta laba yang diharapkan. 
 

Harga Jual = Biaya Total + Laba

Harga Jual = Biaya Produksi + Biaya Non Produksi +Laba

 

Contoh, usaha Cafe Kopi espresso Anda mendapatkan order sebanyak 100 cup. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi Kopi espresso tersebut diperkirakan sebanyak Rp 5.000.000. Riniciannya sebagai berikut:
 
Diketahui:
  • Biaya bahan baku : Rp 3.500.000
  • Biaya tenaga kerja : Rp 1.000.000
  • Biaya lain-lain : Rp 500.000

Jika Anda menginginkan laba sebesar 10% dari biaya total, maka:

Harga Jual = Biaya total + laba

                  = Rp 5.000.000 + (10% x Rp 5.000.000) = Rp 5.500.000

Dengan demikian, harga setiap Cup kopi espresso yang dijual adalah sebesar Rp 55.000.




Kesimpulan:

Harga pokok penjualan adalah keseluruhan biaya (total akumulasi) keseluruhan biaya proses yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan atau memperoleh barang atau jasa yang dijual kepada konsumen selama periode tertentu.

Sedangkan Harga jual merupakan besarnya harga yang yang dibebankan kepada pelanggan untuk mendapatkan barang atau jasa. Harga jual sudah mencakup HPP, biaya non-produksi, dan keuntungan yang diharapkan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayat Jurnal Penyesuaian, Neraca Saldo dan Kertas Kerja - Riki Ardoni

A yat Jurnal Penyesuaian ( Adjusting Journal Entry ) atau ‘AJP’ adalah proses pencatatan perubahan saldo ak...