AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
Di Negara kita Indonesia, Sistem Perpajakan (Taxation) menganut sistem Self Assessment yang memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk menghitung,menyetor dan melaporkan sendiri aatas pajak yang terurang.
Sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 4 (1) UU PPh, Penghasilan merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajip Pajak atas seluruh penghasilannya. Akan tetapi tidak semua penghasilan dikenakan pajak penghasilan, mengingat fungsi dari Pajak dalam pencapaian kebijakan ekonomi.
Pada pembahasan kali ini kita akan coba mengupas mengenai Akuntansi Pajak Penghasilan. Yang mana pajak penghasilan itu sendiri terdiri dari :
4. Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 21
5. Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 22
6. Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 23
7. Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 24
8. Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 25
9. Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 26
Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 21
Pada PPh Pasal 21 melekat penggunaan istilah “Pemotongan”. Istilah pemotongan digunakan untuk menyatakan objek yang dikenakan pemotongan yaitu penghasilan bruto yang dibayar oleh “Pemberi Kerja”. Karena adanya aliran penghasilan, sehinga penghasilan yag diterima “Pekerja” tidak utuh. Tetapi dipotong PPh 21.
Tata cara pemotongan penghasilan untuk pegawai tetap sebagaimana menentukan penghasilan neto pegawai tetap, penghasilan bruto dikurangi dengan:
1. Biaya jabatan
Biaya Jabatan ialah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan sebesar 5% dari penghasilan bruto dengan nominal maksimal Rp. 6.000.000 setahun atau Rp. 500.000 sebulan;
2. Iuran yang terkait dengan gaji kepada dana pensiun yang mana pendiriannya telah diakui/disahkan oleh negara (Menteri Keuangan) dan Iuran Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua (THT) kepada badan penyelenggara Jamsostek, kecuali kepada badan penyelenggara Taspen, yang dibayar oleh pegawai;
3. Penghasilan Tidak Kena Pajak sesuai Pasal 17 UU PPh.
CONTOH PERHITUNGAN PPh PASAL 21 & PENCATATAN MELALUI AYAT JURNAL
Tn. Darusman adalah pegawai tetap PT Nagoya telah ber NPWP memperoleh penghasilan Rp7.000.000/bulan. Kewajiban setiap bulan yg harus dibayar adalah Iuran Pensiun 50.000. berdasarkan data tersebut hitung PPh 21 jika Tn. Darusman telah menikah dan tidak memiliki tanggungan serta bagaimana pencatatan ayat jurnal oleh PT Nagoya.
Gaji Sebulan |
7.000.000 |
||
Pengurang |
|||
1. Biaya Jabatan 5%x7.000.000 |
350.000 |
||
2. Iuran Pensiun |
50.000 |
||
(400.000) |
|||
Penghasilan Neto sebulan |
6.600.000 |
||
Penghasilan Neto setahun |
79.200.000 |
||
(12x6.600.000) |
|||
PTKP |
|||
Untul Wajib Pajak |
54.000.000 |
||
Untuk Status Kawin |
4.500.000 |
||
(58.500.000) |
|||
Penghasilan Kena Pajak |
20.700.000 |
||
PPh 21 setahun = |
5% X 20.700.000 |
1.035.000 |
|
PPh 21 sebulan = |
12 x 1.035.000 |
86.250 |
Ayat Jurnal dibuat:
1. Saat pemotongan pajak dan pembayaran gaji setiap bulan
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
Biaya gaji |
7.000.000 |
|
Iuran Pensiun Terutang |
|
50.000 |
|
PPh Pasal 21 Terutang |
|
86.250 |
|
Kas dan Bank |
|
6.863.750 |
|
Total |
7.000.000 |
7.000.000 |
2. Saat perusahaan menyetor ke kas Negara dan pembayaran iuran pensiun via Bank
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
PPH Pasal 21 Terutang |
86.250 |
|
Iuran Pensiun Terutang |
50.000 |
|
|
Kas dan Bank |
|
136.250 |
|
Total |
136.250 |
136.250 |
Kemungkinan lain penanggung pajaknya sebagian atau seluruhnya adalah pemberi kerja, dapat berupa tunjangan pajak atau berupa kenikmatan. Pelakuan pajaknya adalah:
1. Bagi pihak pemberi kerja tunjangan pajak tersebut dapat dijadikan biaya. Sedangkan bagi pekerja tunjangan pajak tadi jadi penghasilan.
2. Kenikmatan berupa pajak penghasilan pasal 21 atas pekerja yang ditanggung oleh pemberi kerja tidak dapat dibiayakan oleh pemberi kerja. Demikian sebaliknya bagi pekerja tidak dinyatakan sebagai penghasilan.
Contoh:
Tn. Wijaya berstatus kawin dan mempunyai tanggungan 1 orang anak bekerja pada PT AA Group. Dengan gaji sebulan Rp8.000.000 dan diberikan tunjangan pajak sebesar Rp50.000 serta iuran pensiun yang dibayar Tn Wijaya Rp25.000/bulan ke Yayasan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
Gaji Sebulan |
Rp |
8.000.000 |
Tunjangan Pajak |
Rp |
50.000 |
PPh Pasal 21 terutang |
Rp |
137.375 |
Iuran Pensiun yang dibayar |
Rp |
25.000 |
Ayat Jurnal yang disusun:
1. Saat Pembayaran Gaji
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
Biaya gaji |
8.000.000 |
|
Tunjangan pajak |
50.000 |
|
|
Iuran Pensiun Terutang |
|
25.000 |
|
PPh Pasal 21 Terutang |
|
137.375 |
|
Kas dan Bank |
|
7.887.625 |
|
Total |
8.050.000 |
8.050.000 |
2. Saat Penyetoran PPh Pasal 21 dan iuran pensiun
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
PPH Pasal 21 Terutang |
137.375 |
|
Iuran Pensiun Terutang |
25.000 |
|
|
Kas dan Bank |
|
162.375 |
|
Total |
162.375 |
162.375 |
3. Saat pembebanan biaya atas tunjangan pajak
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
Saldo Laba |
50.000 |
|
Tunjangan Pajak |
|
50.000 |
|
Total |
50.000 |
50.000 |
Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 22
Contoh: PT. Building Mitrakarya adalah distributor tunggal Semen Padang menjual Semen seharga Rp400.000.000 kepada PT. Interior Jaya secara tunai. Tarif PPh Pasal 22 sebesar sebesar 0.25% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN.
1. Saat terjadi transaksi (Penjual)
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
Kas dan Bank |
401.000.000 |
|
PPh Pasal 22 Terutang |
|
1.000.000 |
|
Penjualan |
|
400.000.000 |
|
Total |
401.000.000 |
401.000.000 |
2. Saat Penyetoran PPh Pasal 22
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
PPh Pasal 22 Terutang |
1.000.000 |
|
Kas dan Bank |
|
1.000.000 |
|
Total |
1.000.000 |
1.000.000 |
Ayat Jurnal yang disusun oleh PT. Interior Jaya (Pihak yang dipungut)
1. Saat Melakukan Pembelian barang (Pembeli)
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
Pembelian |
400.000.000 |
|
PPh Pasal 22 |
1.000.000 |
|
|
Kas dan Bank |
|
401.000.000 |
|
Total |
401.000.000 |
401.000.000 |
2. Saat Pengkreditan Pajak
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
PPh Terutang |
1.000.000 |
|
PPh Pasal 22 |
|
1.000.000 |
|
Total |
1.000.000 |
1.000.000 |
Apabila dalam transaksi lainnya ternyata PPh pasal 22 bersifat final, maka pencatatan dalam akun PPh pasal 22 tampak dari pihak pemungut. Contoh diatas terlihat bahwa pengenaan PPh pasal 22 bersifat tidak final. Ayat jurnal yang dibuat pihak pemungut seperti membeli barang dari luar negeri, misalkan:
PT. Industri Nusantara mengimpor bahan baku dari Singapura seharga US$ 1.1. Nilai kurs Bank pada saat transaksi US$ 1 = RP 14.200. Nilai kurs pajak saat itu adalah US$1 = 14.100, maka perhitungan pajaknya adalah sebagai berikut.
Nilai kontrak termasuk PPN |
= |
1.1 x 14.200.000 |
= |
Rp 15.620.000 |
DPP PPN |
= |
100/110 x Rp 15.620.000 |
= |
Rp 14.200.000 |
PPh Pasal 22 |
= |
2.5% x Rp 15.620.000 |
= |
Rp 355.000 |
Sedangkan Ayat jurnal yang dicatat PT. Industri Nusantara sebagai berikut:
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
Pembelian |
14.200.000 |
|
|
PPN Impor |
1.420.000 |
|
|
PPh Pasal 22 Terutang |
|
355.000 |
|
Utang Usaha |
|
15.265.000 |
|
Total |
15.620.000 |
15.620.000 |
Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 23
Pada akuntansi komersial maupun akuntansi pajak yang berkaitan dengan pencatatan PPh pasal 23 tidak terdapat perbedaan. Mengingat PPh pasal 23 yang sifat pengenaannya final atau pengenaannya bersifat tidak final, maka pencatatan PPh pasal yang bersifat tidak final akan dicatat pada kedua belah pihak.
Sebagai contoh PT. Anjani Prima membayar bunga pinjaman kepada PT. Galaxi sebesar 200.000.000 atas pembayaran tersebut dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto.
Ayat jurnal yang dibuat oleh PT. Anjani Prima (Pemberi Penghasilan)
1. Saat pembayaran bunga
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
Biaya bunga |
200.000.000 |
|
|
PPh Pasal 23 Terutang |
|
30.000.000 |
|
KAS dan BANK |
|
170.000.000 |
|
Total |
200.000.000 |
200.000.000 |
2. Saat menyetor ke Kas Negara melalui BANK Persepsi
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
PPh Pasal 23 Terutang |
30.000.000 |
|
KAS dan BANK |
|
30.000.000 |
|
Total |
30.000.000 |
30.000.000 |
Ayat jurnal yang dibuat oleh PT. Galaxi (Penerima Penghasilan)
1. Saat menerima bunga
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
KAS dan BANK |
170.000.000 |
|
PPh Pasal 23 |
30.000.000 |
|
|
Penghasilan bunga |
|
200.000.000 |
|
Total |
200.000.000 |
200.000.000 |
2. Saat pengkreditan
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
PPh Terutang |
30.000.000 |
|
PPh Pasal 23 |
|
30.000.000 |
|
Total |
30.000.000 |
30.000.000 |
Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 25
Contoh Ayat jurnal PPh Pasal 25:
Saat pembayaran setiap bulan
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
PPh Pasal 25 |
4.000.000 |
|
KAS dan BANK |
|
4.000.000 |
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
PPh Terutang |
48.000.000 |
|
PPh Pasal 25 |
|
48.000.000 |
Pembayaran PPh Pasal 25 sebagai angsuran pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak setiap bulan yaitu paling lambat tanggal 15 bulan takwin berikutnya setelah masa pajak berakhir.
Contoh:
PT. Ending Sukses membayar PPh Pasal 25 bulan maret 2018 sebesar Rp300.000.000 sehingga ayat jurnal yang disusun saat pembayaran tunai sebagai berikut:
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
PPh Pasal 25 |
300.000.000 |
|
KAS dan BANK |
|
300.000.000 |
Setelah pajak terutang (sesuai SPT tahunan PPh ) dilakukan pengkreditan dengan kredit pajak lainnya yang tidak bersifat final seperti pph pasal 21, pph pasal 22, PPh pasal 23, dan pph pasal 24, sisanya masih harus dikurangi dengan angsuran pajak ( PPh pasal 25) yang telah disetor selama satu tahun pajak. Apabila ternyata masih terdapat bagian pajak terutang yang belum dibayar pada akhir tahun (PPh pasal 29), maka setoran harus dilakukan selambat-lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah berakhirnya tahun pajak. Demikian sebaliknya, kemungkinan menunjukkan lebih bayar maka dapat direstitusi. Misalkan:
1. Saat akhir tahun perhitungan kurang bayar.
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
PPh Terutang |
60.000.000 |
|
PPh Pasal 25 |
|
48.000.000 |
|
PPh Pasal 29 Terutang |
|
12.000.000 |
|
Total |
60.000.000 |
60.000.000 |
2. Saat pelunasan PPh Pasal 29
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
PPh Pasal 29 Terutang |
12.000.000 |
|
KAS dan BANK |
|
12.000.000 |
|
Total |
12.000.000 |
12.000.000 |
3. Saat akhir tahun atau perhitungan lebih bayar
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
PPh Terutang |
40.000.000 |
|
|
PPh Pasal 28A lebih bayar |
8.000.000 |
|
|
PPh Pasal 25 |
48.000.000 |
||
Total |
48.000.000 |
48.000.000 |
Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 26
Khusus untuk PPh pasal 26 apabila terjadi pembayaran dividen dan bunga yang ditujukan pembayarannya kepada wajib pajak luar negeri yang bersifat final (tetapi juga perlu diperhatikan adanya perjanjian perpajakan dengan negara lain) maka tarif yang umumnya diberlakukan untuk PPh pasal 26 yaitu sebesar 20% (dua puluh persen) haruslah diberlakukan penyesuaian dengan tarif menurut perjanjian perpajakan. Dengan menggunakan tarif yang lebih rendah terhadap wajib pajak luar negeri harus menunjukan keterangan domisili dari kantor pajak negara asal. Secara umum akuntansi komersial dan akuntansi pajak berkaitan dengan PPh pasal 26 tidak terdapat perbedaan perlakuan.
Sebagai contoh, PT. Elklasiko membayar premi asuransi kepada Nagoya Corporation Ltd. sebesar 30.000.000 dengan perkiraan penghasilan neto sesuai keputusan menteri keuangan sebesar 50%
Perhitungan PPh pasal 26 yang dipotong oleh PT. Elklasiko = (20% x 50% x 30.000.000) = 3.000.000
Ayat jurnal bagi pihak pemotong:
1. Saat pemotongan PPh pasal 26
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
Premi Asuransi |
30.000.000 |
|
KAS dan BANK |
|
27.000.000 |
|
PPh Pasal 26 Terutang |
|
3.000.000 |
2. Saat penyetoran PPh pasal 26
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
PPh Pasal 26 Terutang |
3.000.000 |
|
KAS dan BANK |
|
3.000.000 |
Sifat pengenaan PPh Pasal 26 adalah final, sehingga tidak dapat dikreditkan dengan pajak terutang lainnya.
Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2)
Contoh:
PT BANK AMAN membayar bunga bank sebesar 10.000.000 kepada PT AMIRKHAN atas deposito.
Jumlah bunga yang dibayarkan = 20% x 10.000.000 = 2.000.000. Ayat jurnal yang dibuat oleh PT BANK AMAN adalah sebagai beriku:
1. Saat pengakuan beban bunga
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
Beban bunga |
10.000.000 |
|
Utang bunga |
|
8.000.000 |
|
PPh final |
|
2.000.000 |
2. Saat pembayaran beban bunga
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
Utang bunga |
8.000.000 |
|
PPh final |
2.000.000 |
|
|
KAS dan BANK |
|
10.000.000 |
BEBERAPA JENIS PENGHASILAN YANG PENGENAAN PAJAKNYA BERSIFAT FINAL
1. HADIAH UNDIAN
Tn. Ridwan memperoleh hadiah undian yang diperolehnya dengan cara undian sebesar Rp100.000.000 tunai.
Ayat Jurnal
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
KAS dan BANK |
75.000.000 |
|
PPh final |
25.000.000 |
|
|
Hadiah undian |
|
100.000.000 |
|
Total |
100.000.000 |
100.000.000 |
2. PERSEWAAN TANAH DAN BANGUNAN
Misalkan PT. Alam Sejahtera membayar sewa tanah dan bangunan sebesar Rp50.000.000.
Ayat jurnal:
1. Saat pemotongan PPh Pasal 4 Ayat (2)
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
Beban sewa bangunan |
50.000.000 |
|
PPh final |
|
5.000.000 |
|
KAS dan BANK |
|
45.000.000 |
2. Saat penyetoran PPh Pasal 4 Ayat (2)
Tanggal |
Akun |
Debit |
Kredit |
|
PPh final |
5.000.000 |
|
KAS dan BANK |
|
5.000.000 |